Jumat, 27 Maret 2009

Golput Bukan Solusi "Keikut Sertaan dalam Pemilu Menurut Perspektif Islam"

Golput Bukan Solusi
"Keikut Sertaan dalam Pemilu Menurut Perspektif Islam"
Oleh: Hendri Susanto, Lc

Kenapa Mereka Golput?
Pertama: Korban administrasi pendataan. Banyak di beberapa wilayah pemilihan suara-suara yang tidak terdaftar sebagai pemilih. Sehingga di saat mereka mendatangi TPS setempat, ternyata namanya belum terdaftar. Mungkin desebabkan kelalaian Panitian Penyelenggara, atau bisa jadi dikarenakan tidak adanya KTP. Kedua: Suara yang dianggap tidak sah (hangus). Hal ini disebabkan oleh latar belakang tidak berpendidikan dan kurang pahamnya cara pencoblosan yang benar. Rata-rata terjadi di pelosok kampung. Pertama mungkin disebabkan tidak mengetahui cara pencoblosan yang sah. Kedua minimnya sosialisasi dan arahan dari KPU setempat. Sehingga kehadiran mereka menggunakan hak suara, tetap dihitung Golput. Karena suara hangus tetap terhitung ke dalam kantong Golput.

Ketiga: Bermental apatis dan pesimis, serta minimnya rasa kepedulian untuk membangun umat dan Negara. Inilah yang paling negatif efeknya dalam bernegara dan bermasyarakat. Keempat: Berangkat dari pemahaman kemudian menganggap hal itu sebagai pilihan hidup yang paling benar. Komunitas keempat ini lebih dominan menghinggapi mereka yang berlatar pendidikan. Penyebabnya ada tiga. Pertama: Merasa ilmu dan keyakinan terhadap pilihan golput adalah solusi untuk masa depan. Kedua: Disebabkan oleh kekecewaan personal terhadap sebuah Partai, maupun Pemerintah yang berkuasa. Ketiga: menganggap sistem Demokrasi dan kegiatan berpartai bukan dari ajaran Islam

Mereka yang termasuk ke dalam poin ke empat ini mengejewantahkan ekspresinya dalam dua hal. Pertama: Menganggap hal itu sebuah keyakinan yang mesti dibela dan diperjuangkan agar tersebar luas di tengah-tengah umat. Ada yang menggunakan cara black campaing. Yaitu menjatuhkan Partai tertentu, memperkeruh dan memperuncing masalah, menyebarkan pemahaman dalam bentuk gagasan tertulis maupun orasi man to man, yang semuanya bertujuan agar masyarakat tidak ikut serta dalam PEMILU.

Empat penyebab di atas mungkin banyak kita temukan. Bahkan tidak mustahil keempat penyebab tersebut ada dalam seorang individu. Mulai dari tidak terdapftarnya sebagai pemilih di TPS, karena minimnya rasa kepedulian, ditambah dengan apatsi dan pesimis terhadap masa depan. Serta mengusung Golput sebagai ideologi yang harus diperjuangkan. Tapi, walau bagaimanapun, golput bukanlah solusi tepat untuk saat ini.

Adapun solusi untuk mereka di atas. Pertama: Memberikan himbauan dan arahan kepada masyarakat untuk segera mendaftarkan diri. Kedua: Mensosialisasikan tata cara pencoblosan yang benar dan sah. Ketiga: Menuntun dan membangkitkan mental masyarakat, agar selalu optimis dalam mensukseskan pembangunan negara maupun agama. Keempat: Meluruskan kembali pemahaman terhadap urgensi dan besarnya manfaat yang akan mereka dapatkan. Apabila menyalurkan hak suara kepada yang amanah dan jujur.

Perspektif Islam Terhadap PEMILU

Beberapa hari lagi, kita kembali akan menyaksikan sebuah momentum penuh sejarah di Negeri Pertiwi, Indonesia. yaitu Pemilihan Umum (PEMILU) skala nasional. Baik di biro legislatif maupun eksekutif. Banyak orang menjuluki saat-saat menjelang PEMILU nanti dengan bahasa 'pesta demokrasi'. Yang jelas, PEMILU merupakan salah satu cara (wasilah) bagi kita untuk menjunjung tinggi keutuhan dan keberlangsungan hidup bernegara di mana saja. Tidak hanya dunia Barat saja mungkin yang menggunakan sistem tersebut. Sejak zaman di awal munculnya Islam ke permukaan, madhmun (kandungan) dari proses pemilihan seorang pemimpin telah termaktub dan sering dilakukan oleh para sahabat, maupun generasi berikutnya.

Namun, mekanisme dan cara di setiap zaman selalu saja berbeda. Karena bergantung kepada kebutuhan dan tuntutan zaman di kala itu. Begitu juga sistem tatanan kenegaraan dan struktural kepemerintahan. Pemilihan seorang pucuk petinggi Daulah Islam misalnya. Sangat berbeda sekali terapan mekanisme di zaman Abu Bakar, Umar, utsman dan Ali 'alihim ridhwanullah dengan ke-Khilafahan setelahnya. Pada zaman Khulafa al-arba'ah al-rasyidah, kita tidak pernah menemukan sistem monarki absolut (keturunan). Adapun ratusan tahun setelah mereka, baik Dinasti Umayyah maupun Abbasiyyah, menerapkan sistem yang kita kenal dengan monarki absolut. Garis pemerintahan yang dilanjutkan oleh keturunan sang Khalifah.

Di sinilah unik dan menariknya ajaran Islam. Di mana agama kita tidak pernah secara eksplisit dan detail membatasi mekanisme dan cara. Dulu tidak ada yang namanya PEMILU dengan cara seperti sekarang. Dibagikan kotak suara, harus terdaftar sebagai pemilih, ketentuan suara hangus dan sah, pemilih luar negeri dan seterusnya. Seratus tahun mendatang, kita juga tidak bisa menjamin, apakah sistem ini dianggap layak dan solutif menurut generasi setelah kita. Karena mempertimbangkan kebutuhan saat itu. Inilah yang disebut oleh kalangan Ushuliyyun "Fal Nuhafizh 'ala qadimish shalih, wal na'khudz biljadidil ashlah". Karena setiap waktu semuanya bisa berubah. Atau dalam istilah lain "Alfatwa tataghayyar bitaghayyurizzaman wal makan". Di Arab Saudi saat ini, orang mengenal negara tersebut sebagai pemerintahan dalam bentuk kerajaan Islam. Dengan sistem garis keturunan. Adapun di banyak wilayah lainnya dipilih oleh rakyat.

Pertama: Faridhah Syar'iyyah. Secara syar'i, keikut sertaan kita dalam menyalurkan suara adalah salah satu bentuk wujud dalam mentaati pemimpin. Karena secara undang-undang selaku warga negara, hal ini telah diatur oleh pemerintah. Mulai dari undang-undang memilih, sampai kepada hukuman penjara bagi seseorang yang menyerukan kepada Golput di khalayak ramai (Lihat Undang-undang PEMILU di situs KPU). Banyak dalil dalam Al Quran dan sunnah yang menerangkan betapa pentingnya mentaati pemimpin. Mendengarkan dan menerapkan peraturan yang berlaku. Selama aturan tersebut tidak bertentangan dengan syariat kita. "La tha'ata lil makhluq fi ma'shiyyati Al Khaliq". Dalam hal ini Allah Swt menegaska kepada orang-orang yang beriman agar mentaati pemimpin mereka: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". (Annisa 59).

Selanjutnya, menyalurkan hak suara kita kepada calon yang berhak untuk dipilih dan dirasa mampu untuk membawa amanah umat ke depan, adalah sebagai wujud dari menjalani perintah Allah Swt. "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat". (Annisa 58).

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".(Almaidah 8).

Allah SWT telah menurunkan Risalah terakhir yang merangkum seluruh risalah nabi-nabi sebelumnya. Risalah yang bersifat "syaamilah mutakaamilah" (komprehensif dan integral). Risalah yang tidak ada satupun dimensi kehidupan kecuali ia mengaturnya secara sistemik baik secara global maupun secara spesifik. Oleh karenanya, Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." QS 2:208

Banyak ulama yang menyimpulkan, bahwa aktifitas berpolitik semata hanya bertujuan untuk memaksimalkan potensi kebaikan dan meminimalisir serta meluruskan keburukan dan kebobrokan (Majmu'Fatawa 4/241). Apalagi di saat amburadulnya sistem pemerintahan kita. Salah seorang ulama Saudi Arabia, Dr. Nashir bin Sulaiman Al-Umar dalam salah satu fatwanya mengatakan:
"Ketahuilah bahwa hukum asal musyarakah adalah al-jawaz (boleh). Salah satu yang bisa kita jadikan pertimbangan hukum tentang bolehnya musyarakah ini adalah dibolehkannya jihad (perang) bersama imam yang fajir (pendosa). Perlu diketahui bahwa berjihad bersama pemimpin yang fajir tidak akan lepas dari kerusakan yang pasti. Namun kerusakan ini menjadi lebih kecil nilainya jika dibanding dengan besarnya maslahat berjihad. Dan kerusakan yang timbul dari tidak berjihad bersamanya jauh lebih besar dari kerusakan yang timbul dari berjihad bersamanya."( http://www.islamtoday.net/islamion/f05.html).

Kedua: Dharurah diniyyah wa hajah insaniyyah. Kita kenal, Islam merupakan ajaran yang paling sempurna dan cocok untuk semua tempat dan waktu. Semua lini kehidupan telah digariskan oleh Allah Swt dalam Al Quran dan Sunnah, melalui rasulullah Saw.. Dari Muadz bin Jabal RA berkata : “aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Ketahuilah sesungguhnya roda Islam akan terus berputar, maka berputarlah kalian bersama Al-Qur’an kemana Ia berputar” (lihat Al-Mu’jam al-Kabir Litthabrany bab 4 juz 14 hal 499)
Namun, agama yang sampai kepada kita ini, tidaklah dengan mudah bisa kita nikmati. Ia diperjuangkan oleh tangan-tangan para rijal yang tidak kenal kata pesimis, apatis dan kecewa dengan tantangan yang melanda. Syi'ar mereka adalah berbuat dan berkontribusi untuk kebaikan. Bukan meruntuhkan dan membinasakan.

Sepanjang zaman, kompetisi antara barisan al haq dan al bathil akan selalu ada. Siang malam konspirasi demi konspirasi selalu disebarkan oleh musuh-musuh kita. Baik melalui pemikiran, maupun tayangan. Maka keberlangsungan sebuah momentum yang bernama PEMILU ini -di negara kita-, akan banyak menentukan kebijakan-kebijakan yang bersentuhan dengan masa depan agama kita. Masa depan pemimpin kita, masa depan pendidikan kita dan anak cucu kita, masa depan pertanian kita, masa depan pemuda kita, masa depan bangsa ini. Karena sistem itu tidak akan berubah dengan sikap apatis kita. Sistem tersebut tidak akan berubah di 9 April nanti dengan seruan Golput yang dihembuskan, tidak akan berubah dengan negatif thinking kita dalam menatap hari esok. Jumlah anggota dewan pun tidak akan bertambah dan berkurang dengan ketidak ikut sertaan kita. Apakah kita rela ketika negeri yang didominasi oleh kaum muslimin terbesar dunia ini dipimpin oleh orang-orang yang jauh dari nilai-nilai kebenaran, keadilan dan kejujuran?

Kalau kita mau objektif, manfaat yang kita inginkan dari keberadaan saudara kita yang jujur di lembaga-lembaga kenegaraan adalah mampu menyuarakan kebenaran di sana dengan meminimalisir keputusan-keputusan yang bertentangan dengan syariat Islam dan memperbesar peluang diberlakukannya keputusan yang lebih memudahkan dakwah Islam untuk semakin kuat dan tersebar. Syaikh Abdurrahman As-Sa'di dalam tafsirnya berkata:
"Allah swt membela orang-orang yang beriman dengan berbagai cara, ada yang mereka ketahui dan ada pula yang tidak mereka ketahui. Diantaranya adalah faktor kabilah (kesamaan suku antara da'i dengan ummat) seperti yang dialami oleh Nabi Syuaib as. Ikatan-ikatan yang dapat membantu membela Islam dan kaum muslimin seperti ini boleh diusahakan bahkan dalam keadaan tertentu menjadi wajib diwujudkan, karena ishlah (perbaikan) itu wajib dilakukan sesuai kemampuan dan kemungkinan. Oleh karena itu upaya ummat Islam yang berada di Negara atau wilayah kafir kemudian berusaha mengubah keadaan negara itu menjadi republik yang demokratis sehingga masyarakat bisa menikmati kebebasan beragama dan hak-hak sipilnya, semua usaha itu adalah lebih baik daripada berdiam diri menyerahkan pengambilan keputusan ini kepada orang kafir semuanya. Memang jika semua urusan berada di tangan ummat Islam itu adalah semestinya, namun jika tidak bisa, maka yang bisa kita lakukan harus kita lakukan untuk melindungi agama dan dunia."


Menyongsong Kemenangan Partai Islam di Era Demokrasi
Genderang 9 April akan segera ditabuh. Jumlah orang-orang yang bermental anti korupsi terpampang jelas di depan mata kita. Pemimpin-pemimpin muda yang siap terjun membenahi umat dan memajukan ketertinggalan masih banyak di perut pertiwi yang bernama Indonesia. Nurani kita pasti menyadari, siapa yang layak dan berhak untuk mengusung idealisme dan impian masa depan negeri ini. 5 tahun sudah berlalu sejak 2004. bukti-bukti kongkrit sudah kita lihat dan saksikan. Mana di antara Partai yang mampu memimpin negeri yang sangat luas ini.

Negeri yang kaya dengan sumber alam. Menurut data terakhir penulis baca, Negara kita dalam daya saing tingkat dunia adalah penghasil timah nomor satu, batu bara nomor 3 (tiga). Tembaga nomor 4 (empat), nikel urutan ke 5 (lima), penghasil emas ke 7 (tujuh), penghasil 80% minyak di Asia Tenggara, penghasil 35% gas alam cair di dunia, salah satu Negara terkaya dalam luas hutan dan keaneka ragaman hayati. 515 jenis mamalia hanya hidup di Negeri kita. Urutan ke 2 (dua) kalah tipis oleh brazil. 397 jenis burung hanya didapatkan di Indonesia. Memiliki 140 jenis ikan air tawar, hanya dapat disaingi oleh Brazil. Di Bumi Pertiwi ada 97 jenis ikan karangyang hanya hidup di laut Indonesia. 477 palemterbanyak di dunia. Pulau kita terbanyak. Jumlahnya saja masih simpang siur hingga sekarang. Menurut data terakhir ada 17.504 pulang di Negeri kita. Yang sudah diberi nama 7.870. (lihat Kompas 13 November 2004).

Sudahkah kekayaan itu kita nikmati? Ke mana hasil alam negeri ini disulap oleh orang-orang yang tidak jujur itu? Di sana masih banyak fakir miskin yang membutuhakan sesuap nasi untuk menjanggal rasa lapar di petang dan pagi hari. Masih banyak nyawa-nyawa terlantar membutuhkan dana pengobatan. Masih banyak yang belum bisa tulis baca. Pengangguran menjamur di sepelosok negeri. Korupsi menjalar hingga ke akar-akar birokrasi. Bangkitlah, wahai putra-putri terbaik negeri. Di jagat pertiwi masih banyak pemimpin-pemimpin muda yang siang malam siap untuk berbakti. Karena mereka adalah kader bangsa yang terbina dan terlatih untuk selalu peduli. Harapan itu masih ada. Maka satu suara anda, bisa menentukan masa depan Indonesia. Wallahu a'lam.

2 komentar:

cybermetri

bagi umat Islam yang golput SECARA TAK SADAR DAN TAK LANGSUNG KALIAN TELAH MEMILIH CALON PEMIMPIN YANG KAFIR SEBAGAI PEMIMPIN NEGARA INI.

kenapa begitu :

sekarang begini jika ada dua calon pemimpin saja di negara ini yang ikut pemilu, salah satunya calon pemimpin Muslim dan satu lagi dari calon pemimpin non-muslim.
jumlah total pemilih di negara ini misalkan 100 juta pemilih dengan rincian : 70 juta pemilih dari kalangan muslim dan 30 juta lagi dari kalangan non-muslim
KALAU UMAT MUSLIM TIDAK ADA YG GOLPUT maka calon pemimpin dari kalangan muslim akan menang. karena jumlah kita (pemilih muslim) lebih banyak(70 juta) dari kalangan pemilih non- muslim(30 juta).

tapi kalau UMAT ISLAM GOLPUT SAMPAI 60 % misalkan (60 % dari 70 juta mendekati 42 juta), MAKA pemilih untuk calon pemimpin muslim hanya 28 juta SEMENTARA YANG KAFIR 30 JUTA!!!!.
Yang artinya SECARA TAK SADAR DAN TAK LANGSUNG KALIAN TELAH MEMILIH CALON PEMIMPIN KAFIR SEBAGAI PEMIMPIN KALIAN.

Jika alasan kalian karena menentang sistem demokrasi dan penegakan khilafah. Sekarang begini apa menurut kalian dengan GOLPUT bisa menegakkan khilafah dan menghancurkan demokrasi.
JIHAD itu tak selalu di medan perang saudara ku. Ada banyak medan untuk berjihad contohnya dalam politik kita berusaha mendapatkan suara agar kita tidak di dominasi oleh suara dari pihak lain.

Sekarang kita dihadapkan atas 3 pilihan :
1. negara kita menegakkan sistem khilafah
2. Negara kita menegakkan sistem demokrasi TAPI pemimpinnya dari kalangan muslim
3. Negara kita menegakkan sistem demokrasi DENGAN pemimpin dari kalangan non- muslim

Dari 3 pilihan tersebut pilihan 1 sulit untuk dilaksanakan berarti hanya pilihan 2 dengan 3. kedua pilihan tersebut(2 dan 3) memang dua pilihan yang salah. Tapi kalau kita di hadapkan pada 2 perbuatan DOSA sebagai pilihannya, PILIHLAH YANG DOSANYA PALING KECIL.

Jadi saya katakan sekali lagi kepada anda AGAR TIDAK GOLPUT. Jihad itu membutuhkan KESABARAN BUKAN SIKAP TERGESA-GESA. Jadi kita bukan hanya berjuang dalam PERANG tapi juga dalam MEREBUT PEMIMPIN. ANGGAP SAJA PILIHAN KE 2 SEBAGAI LANGKAH AWAL MENUJU PILIHAN 1.

Anonim

Terimakasih tulisannya... cukup membantu sebagai referensi dalam mengemukakan pendapat dan memilih pemimpin.
Saya menukil beberapa dalil Al-Quran kedalam blog saya
islamebook.wordpress.com (Download Ebook2 Islam)