Senin, 20 Oktober 2008

Agar Kita Diabadikan Sejarah

Agar Kita Diabadikan Sejarah

Suatu hari, tiga ulama besar mengadakan sebuah perjalanan. Beliau adalah; Imam Assyafi'i, Yahya bin Ma'în dan Ahmad bin Hanbal rahimahumullah. Tatkala malam tiba, setiap mereka mengambil tempat yang berbeda. Saat itu, masing-masing belum mengetahui apa yang akan dilakukan oleh ketiga imam besar yang saling bersahabat ini.

Tatkala matahari menyingsing keesokan harinya. Imam Syafi'i mengatkan kepada Yahya bin Ma'în dan Ahmad bin Hanbal. "Tadi malam saya berhasil menyelesaikan lebih dari enam puluh permasalahan dalam fiqih". Imam Yahya bin Ma'în al-muhaddits seraya berucap "Dengan taufiq dari Allah, saya berhasil membuang lebih dari enam puluh orang para perawi yang dha'îf dan munkar dalam hadits rasulullah saw". Mendengarkan dua amalan besar yang telah diselesaikan oleh dua ulama besar juga. Imam Ahmad rahimahullah seraya mengatakan "Alhamdulillah, tadi malam saya berhasil menamatkan Al-Quran dalam beberapa rakaat saja ketika shalatku".

Subhanallah! Hanya dalam kurun beberapa jam saja dari bagian malam yang mereka lalui, tiga ulama besar ini berhasil melahirkan karya besar. Maka tidak salah di penghujung hidup mereka, banyak karya besar yang mereka wariskan untuk generasi berikutnya. Sehingga tiga imam di atas, menjadi bagian dari sejarah para Rijâl yang diabadikan dalam sejarah orangorang-besar juga.

Saudaraku, sebuah petanyaan yang mungkin sering kita dengarkan. "Mengapa para ulama kita dulu mampu melahirkan karya besar, padahal zaman mereka tidak semaju kita sekarang?

Setelah pertanyaan di atas penulis renungkan dan diskusikan bersama kawan-kawan. Alhamdulillah, kami menemukan jawabannya dalam sebuah buku yang berjudul "Risalah Ila Syabâb". Di mana penulis buku ini mengatakan "Apa pun ideologi dan cita-cita yang tengah kita usung dan perjuangkan, hanya akan bisa dicapai apa bila dikuatkan oleh tiga faktor besar. Yaitu; Keimanan yang kuat, semangat yang membaja, dan keikhlasan yang suci dalam mencapainya".

Kalau kita teliti lebih jauh dari sejarah tokoh-tokoh besar umat ini. Maka tiga kata kunci di atas sangat sesuai sekali. Contoh, mengapa Abu Bakar r.a., setelah beberapa hari memeluk agama Islam, berhasil mengajak enam di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk sorga untuk menerima dakwah Rasulullah saw.? Hanya karena iman seorang Abu Bakar r.a. yang begitu kuat. Sebagaimana dalam sebuah hadis dikatakan, "Kalaulah ditimbang iman Abu Bakar dengan iman semua manusia (selain rasulullah), maka iman Abu Bakar lebih berat". Di samping itu, Abu Bakar adalah sosok sahabat yang tidak kita ragukan lagi dalam menjalani perjuangan dakwah bersama rasulullah dengan penuh semangat dan ikhlas. Ini tergambar ketika rasulullah saw. menanyakan banyak sahabat "Siapa diantara kalian hari ini berpuasa, mengunjungi orang sakit, mengikuti jenazah, dan berinfak? Hanya Abu Bakarlah yang mengatakan, "Saya ya rasulah". Keikhlasan Abu Bakar semakin jelas kita lihat ketika rasulullah mengatakan dalam hadis beliau "Diantara kalian saat kiamat datang, ada yang diseru oleh surga dari pintu shalat, ada yang dari pintu jihad, dan seterusnya. Kemudian Abu Bakar bertanya, apakah ada diantara kami ya rasulullah, yang diseur dari semua pintu? Rasulullah saw. menjawab 'Engkaulah orangnya wahai Abu Bakar'".

Saudaraku, kisah di atas menerangkan kepada kita. Betapa mahalnya waktu dalam kehidupan orang-orang besar sekaliber Abu Abu Bakar, Imam Syafi'i, Ahmad bin Hanbal dan seterusnya. Sejenak kita merenungkan hari-hari yang telah berlalu dalam hidup kita. Semuanya tidak akan kembali lagi. Ketika hari-hari tersebut berlalu, berarti sudah berkurang pula episode kita dalam kehidupan yang sesaat ini. Maka tiada kata terlambat bagi kita, untuk kembali menata diri demi meraih kesuksesan di masa depan. Mari bersama kita sejenak menata langkah. Membenahi cita-cita. Demi tercapainya cinta Allah. Agar kita menjadi hambaNya yang berjuang demi mencari redhaNya. Agar kita dikenang dalam sejarah. Yaitu sejarah mereka yang berhasil melahirkan karya-karya besar untuk umat ini. Wallahu a'lam.

0 komentar: