Minggu, 29 Maret 2009

Amru bin 'Ash radhiyallhu 'anhu " Pejuang yang HidupHanya Untuk Keagungan Islam"



Amru bin 'Ash radhiyallhu 'anhu
" Pejuang yang HidupHanya Untuk Keagungan Islam"




Sahabat pembaca yang penulis banggakan. Menuliskan sosok se kaliber Amru bin Ash di kolom ini, tidaklah cukup untuk dikupas secara detail. Setidaknya penulis sudah berusaha untuk merangkum dari beberapa kitab sirah yang menceritakan tentang biografi beliau. Amru bin Ash, lahir di Kota Mekah tepatnya sekitar 50 tahun sebelum hijrah. Dijuluki sebagai Fatihu Mishr. Karena di bawah pimpinan beliaulah, pasukan yang diutus oleh Khalifah Umar bin Khatab r.a berhasil menaklukkan Mesir yang diduduki oleh Imperium Romawi saat itu. Amru bin Ash lebih tua sekitar 5 tahun dari pada Umar bin Khattab r.a. Amru pernah berkata "Saya betul-betul ingat di saat malam Umar dilahirkan".

Sosok Amru bin Ash adalah salah seorang pemuka Quraisy yang terpandang. Baik secara kecerdasan dan ketangkasan, maupun keliahaian berdiplomasi. Semenjak sebelum memeluk Islam, sudah banyak pertempuran yang beliau ikuti dan pimpin. Karena Amru dikenal sejak masa mudanya dengan sang pemberani dan gagah perkasa dalam memenangkan banyak perperangan. Kecerdasan beliau dalam mengatur siasat tempur, telah membuat baginda rasul Saw. mengangkatnya menjadi pimpinan perang Dzâtu assalâsil. Yang di dalam barisan itu ada Abu Bakar dan Umar r.a. Padahal peristiwa tersebut baru terjadi setelah Amru tiga bulan memeluk Islam. Di sinilah hikmah dan uniknya madrasah tarbiyah rasulullah Saw.. Senioritas tidak terkalahkan oleh keprofesionalan. Dulunya memeluk Islam tidak membuat para sahabat lain untuk tidak merendahkan hati dan membulatkan tekad untuk mengikuti sang pemimpin terpilih. Inilah salah satu knci mengapa generasi terbaik di kurun pertama Islam tampil sebagai agent of change. Mereka bisa menembus ruang yang tidak terfilter oleh logika kemanusiaan saat ini. Kuncinya adalah tawâdhu', tadhhiyyah dan thâ'ah.

Mendulang Permata dari Penakluk Negeri Musa
Amru bin Ash adalah saudara kandung Hisyam bin al Ash. Yang keduanya dipuji oleh rasulullah Saw. dalam hadits beliau "ابنا العاص مؤمنان". Beliau adalah salah seorang dari seratus ribu para sahabat yang terlahir dari rahim terbaik sejarah. Keunggulan yang beliau miliki telah diabadikan dalam tinta emas sejarah. Sahabatku sekalian, semoga kita bisa menapaki jalan yang telah digariskan oleh rasulullah Saw. dan para sahabat beliau. Mengkaji sosok Amru bin Ash, berarti ada yang sedang kita cari dari sosok beliau. Karena benar memang salah satu ungkapan, yang meskipun adalah dha'if, tetapi maknanya terkuatkan oleh banyak riwayat "Sahabatku bagaikan gemintang, manapun dari mereka yang kalian teladani niscaya akan mengantarkan ke haribaan petunjuk". Setidaknya ada beberapa jendela petunjuk yang lurus kan kita dapatkan dari syakshiyyah Amru bin Ash.

Pertama: Memiliki azzam yang membaja untuk menuju perubahan. Tekad bulat ini dan semangat ingin meninggalkan kejahiliahan inilah yang membuat beliau berangkat mencari Rasu Saw. hingga ketemu di Madinah. Di saat bertemu rasulullah Saw.. Semburat senyuman manis berkilau dari bibir Asyraful Khalqi semakin menyinari qalbu beliau. Lalu Amru berkata "Wahai rasulullah, bentangkan tangan kanan engkau, maka aku akan membai'atmu. Maka rasulullah Saw. membentangkan tangan kanan beliau, lalu Amru memegangnya erat-erat. Rasulullah Saw. bertanya "Ada apa dengamu wahai Amru?". Wahai Rasul, aku sedang megimpikan sesuat, dan itu telah menjadi syarat mati bagiku. "Engkau memilih harga mati dengan tawaran apa? Tanya Rasulullah, sembari erat pegangan tangan detik itu semakin akrab. Amru menjawab "Agar Allah mengampuni segala dosaku". Rasulullah Saw. berkata "Tidakkah engkau tahu − wahai Amru − bahwasanya Islam menghapus segala −dosa−yang telah berlalu. Kisah ini beliau riwayatkan di akhir hayat beliau kepada Abdullah, putra tercinta. Sehingga kisah manis ini menderaikan air mata sang penakluk. Hingga berpisah dengan dunia fana.

Kedua: Kecintaan yang tinggi kepada Murabbi, yaitu rasulullah Saw.. Walau bagaimanapun keunggulan dan kehebatan para sahabat. Tidak lepas dari sentuhan tarbiyah dari manusia termulia yang langsung di ta'dib oleh Allah Swt.. Yaitu Pembina dan pembimbing uamat pertama, Muhammad Saw.. Suatu hari, Amru menemui rasulullah Saw. dan bertanya "Wahai rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai? Rasul menjawab 'Aisyah. Dari kaum lelaki, tanya Amru ke dua kalinya. Ayahnya, jawab nabi. Selanjutnya? Umar, Utsman.... Setelah beberapa orang nama sahabat disebutkan, tidak ada satupun nama beliau disebutkan oleh rasulullah Saw.. Kemudia Amru berkata "Demi Allah, sejak sekarang saya tidak akan bertanya lagi tentang hal ini kepada rasulullah".

Kita tentu heran. Mengapa pertanyaan ini terlintas di benak Amru. Ini terpatri dari kecintaan mendalam kepada sang guru, wahai sahabatku semu. Sentuhan batin seorang rasul, begitu menggelora dalam lubuk cinta beliau. Seakan lahirlah sebuah anggapan, bahwa beliaulah yang paling dincintai. Karena memang Amru begitu mencintai nabi Saw.. Hal ini terbukti dalam banyak momentum semasa hidup bersama rasulullah Saw. dalam meluaskan ekspansi dakwah Islam. Di zaman rasulullah Saw. Amru dipercayai oleh rasulullah untum menjadi gubernur di Oman. Hingga datangnya hari kepulangan sang guru tercinta ke haribaan yang Maha Rahman dan Rahim.

Ketiga: Memaknai ilmu, amal, dakwah dan jihad sebagai jalan hidup. Keunikan para sahabat adalah mampunya mereka menggabungkan kedalaman ilmu dengan amal. Kemudian menterjemahkan amal ke dalam gerak yang lebih luas, yaitu berupa dakwah. Selanjutnya dengan menyibukkan diri dengan berdakwah, telah membentuk kepribadian mereka menjadi mujahidin yang tangguh. Sehingga Islam yang begitu inda terlihat oleh kita di negeri Kinanah ini, adalah bentuk mutiara yang dilahirkan oleh semangat menuntut ilmu di madrasah Rasulullah Saw., kemudian di terapkan dalam bentuk praktek. Lalau muncullah semangat untuk mendahwak. Dan dakwah yang diyakini para sahabat tidaklah bisa dimenangkan, kecualai apabila didorong oleh semangat untuk memperjuangkannya dengan jihad sesungguhnya.

Jihad melawan malas. Jihad melawan maksiat. Jihad melawan individualisme. Jihad melawan keangkuhan. Jihad melawan kebusukan hati. Jihad melawan kantuk. Jihad melawan dinginnya angin malam di medan perang. Tajam dan banyaknya jumlah anak panah musuh. Besar dan lengkapnya peralatan lawan. Semua itu berhasil disulap oleh sang komandan. Sang penakluk. Menjadi peluang yang mesti dilewati. Sehingga mulai dari deretan Hijaz, Syam, sampai ke wilayah Mesir. Amru bin Ash adalah salah seorang yang punya andil besar dalam perluasan dakwah Islam.

Ketiga: Pahlawan yang melahirkan sang pahlawan. Kita kenal dalam sirah. Amru adalah salah seoran sahabat yang jejak usia dini sudah menikah. Ada riwayat yang mengatakan, di usia beliau yang ke 12 tahun, Abdullah bin Amru bin Ash lahir ke dunia. Kita tidak bias membayangkan bagaimana kedewasaan orang di zaman dulu. Bukti kepahlawanan ini, pertama, sang putra bernama Abdullah bin Amru, adalah salah seorang sahabat yang empat bernama Abdullah. Ini dikenal oleh ahli hadit dengan al-'ubadalah. Meskipun sang putra lebih duluan mengecap manisnya Islam dari ayah. Namun, ini tidaklah bisa dijadikan alasan untuk berkurangnya jiwa kepahlawanan beliau. Terbukti dalam kutub al rijal disebutkan. Ada sekitar 40 hadits yang bersumber dari beliau. 3 hadits muttfaqun 'alaihi. 1 hadits termaktub di shahih Bukhari, 2 dalam shahih Muslim. Selebihnya dalam kitab yang lain. Dan Amru bin Ash adalah guru dari putra beliau langsung, yaitu Abdullah.

Tidak hanya Abdullah yang bermunculan dari tempaan tarbiyahnya. Abu Qais, Qubaishah bin Dzuaib, Abu utsman Annahdi, Ali bin Rabah, Qais bin Abi Hazim, Urwah bin Zubair, dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang besar dari sentuhan ilmu dan akhlaq Amru bin Ash r.a.. Semoga kita termasuk para hambaNya yang bisa menapaki jalan yang telah mereka lalui. Karena hidup hanya sekali. Sungguh merugi kita, apabila ilmu yang dipelajari tidak membuahkan amal. Amal yang kita nikmati tidak menelurkan semangat untuk berdakwah. Dan dakwah yang kita ikuti tidak dibumbui oleh jihad yang menyentuh semua segmen kehidupan. Karena itulah jalan yang mereka wariskan hingga kelak, akhir zaman. Selamat jalan pahlawan. Engkau telah mengajarkan kami bagaimana menyeimbangkan antara ilmu dan amal, kesalehan pribadi dana kepedulian sosial. Berdakwah dan jihad. Sungguh hari kepergianmu begitu pilu di hati ini. Karena kami begitu merindukan kehadiran sang gagah pemberani sepertimu. Karena di usia engkau yang mendekati 90-an, tidak membuat semangatmu berubah lesuh dan lemah. Deraian tangis yang berlinag di kedua matamu di saat sekejap menjelang ajal tiba. Telah membuktikan indah dan mudahnya gerbang kematian engkau lalaui. Karena pintu itulah yang mempertemukanmu bersama kekasih dan para sahabat. Ya Allah, pilihlah kami sebagai penerus perjuangan mereka. Amin ya Rab. Wallahu a'lam. Disarikan dari berbagai maraji'. (Siyar 3/54).

0 komentar: