Rabu, 01 April 2009

Belajar dari Nabi Yusuf 'alaihissalam



Belajar dari Nabi Yusuf 'alaihissalam
Oleh: Abu Ubaidah

Saudaraku a'azzakumullah, risalah kenabian semuanya sarat dengan nilai mahal yang bisa kita petik. Apalagi kandungan termahal itu belum di nasakh oleh agama kita. Nabi Yusuf a.s, misalnya. Pelajaran unik yang ingin penulis paparkan di sini adalah; Kepekaan beliau dengan lingkungan, semangat untuk menapaki perubahan, keoptimisan memperbaiki kerusakan, keyakinan bulat dan tekad membaja untuk ikut serta memberikan kontribusi dan solusi. Meskipun sedang terkungkung oleh sistem dan orang yang menjadi pemegang kebijakan tertinggi di kerajaan saat itu, adalah sosok yang belum beriman.

Saudaraku, kondisi yang dihadapi oleh nabi Yusuf as. di atas jauh lebih berat bila dibandingkan dengan kondisi bangsa kita saat ini. Di mana negara kita adalah didominasi oleh kaum muslimin. Bahkan para pemimpin kita juga berideologikan ketauhidan. Meskipun masih banyak butuh perbaikan dan tuntunan. Kalau dulu bertahun-tahun kekurangan pangan yang menderita rakyat Yusuf as.. Sekarang negeri kita kaya dengan hasil alam yang merumpah ruah. Namun kita menyayangkan, entah ke mana hasil alam ini disulap selama puluhan tahun oleh yang pernah berkuasa di negeri ini?

Tapi hal itu tidak membuat kita ciut untuk lari dari perubahan. Karena di rahim bumi pertiwi masih banyak orang-orang yang sanggup dan amanah untuk memakmurkan dan mensejahterakan. Masih banyak peluang-peluang yang membuat kita semakin yakin. Betepa Indonesia sudah semakin baik dari sebelumnya. Semakin berubah dan bangkit dari keterpurukannya. Semakin maju dari ketertinggalannya. Namun peluang, perubahan, kemajuan itu akan semakin nyata apabila di sana ada keikut sertaan kita. Ada sumbangsih kita.

Inilah yang ditempuh oleh nabiyullah Yusuf as.. Sedikit demi sedikit. Beliau tapaki perubahan singgasana kerajaan hingga mampu meluruskan keyakinan umat dan mensejahterakan rakyat. Hal ini dimulai dari semangat keikut sertaan untuk berkontribusi. Terkadang menjadi kelabu dalam perspektif beberapa orang. Melihat fenomena yang ada di tengah bangs kita saat ini. Maraknya slogan-slogan, misalnya "Bangkitlah negeriku, harapan itu masih ada". Slogan semacam ini mungkin senada dengan semangat kepedulian sayyiduna Yusuf as. ketika melihat kondisi umatnya.

Saatnya Memilih dan Berkontribusi
Ikhwati fillah, perlu kita ketahui. Yang mendasari semangat kita untuk ambil andil dalam membangun dan memperbaiki sistem negeri ini berangkat dari sebuah kaedah "Tahshilul mashalih dan taqlilul mafasid" (meraih maslahat dan mengurangi mafsadat). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah berkata, menyikapi pentingnya untuk menentukan pilihan, di saat mengharuskan kita untuk memilih:
أَنَّ الشَّرِيعَةَ جَاءَتْ بِتَحْصِيلِ الْمَصَالِحِ وَتَكْمِيلِهَا وَتَعْطِيلِ الْمَفَاسِدِ وَتَقْلِيلِهَا وَأَنَّهَا تُرَجِّحُ خَيْرَ الْخَيْرَيْنِ وَشَرَّ الشَّرَّيْنِ وَتَحْصِيلِ أَعْظَمِ الْمَصْلَحَتَيْنِ بِتَفْوِيتِ أَدْنَاهُمَا وَتَدْفَعُ أَعْظَمَ الْمَفْسَدَتَيْنِ بِاحْتِمَالِ أَدْنَاهُمَا...
“Bahwa syariat datang untuk menghasilkan maslahat dan kesempurnaannya, menghilangkan dan meminimalisir kerusakan. Syariat lebih mengutamakan dan menguatkan kebaikan yang lebih besar diantara dua kebaikan (jika harus memilih salah satunya) dan mendukung keburukan yang lebih ringan diantara dua keburukan (jika harus memilih salah satunya), lalu memilih dan mengambil yang paling maslahat dengan mengabaikan yang lebih rendah, dan menghilangkan yang lebih besar madharatnya dengan menanggung resiko yang lebih rendah dan ringan…”

Selanjutnya beliau juga berkata:
Dari sisi inilah Yusuf as. menjabat perbendaharaan Mesir. Bahkan memintanya kepada raja Mesir agar menjadikannya pemegang perbendaharaan bumi. Sementara raja dan kaumnya dalam keadaan kafir, sebagaimana firman Allah SWT;
Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (Yusuf 55).

Dapat dimaklumi bahwa dengan kekafiran yang ada pada mereka, mengharuskan mereka memiliki kebiasaan dan cara tertentu dalam memungut dan mendistribusikan harta kepada raja, keluarga raja, tentara dan rakyatnya. Tentunya cara itu tidak sesuai dengan ketentuan bagi para nabi dan utusan Allah. Namun bagi Nabi Yusuf as. tidak memungkinkan untuk menerapkan apa yang ia inginkan berupa ajaran Allah, karena rakyat tidak menghendaki hal itu. Akan tetapi Yusuf melakukan sesuatu yang mungkin ia lakukan, berupa keadilan dan perbuatan baik. Dengan kekuasaan itu, ia dapat memuliakan orang-orang yang beriman diantara keluarganya, hal yang tidak akan mungkin dia dapatkan tanpa kekuasaan itu. Semua ini masuk dalam firman Allah “Bertakwalah kepada Allah sesuai kemampuanmu” (At-Taghabun (64): 16). (Majmu'Fatawa 4/241).
9 April 2009; Momentum Sumbangsih
Saudaraku seiman. Bangsa kita sedang menunggu uluran tangan kita semua. Momentum 9 April nanti, adalah saat yang hanya sekali dalam 5 tahun kita temui. Pesta perolehan suara itu akan tetap melaju. Kompetisi dari berbagai misi begitu ramai di panggung negeri. Kristen, nasionalis, hingga ke garis perjuangan yang paling mulia; Islamis ideologis. Batin kita tentu merasakan hal itu. Bahkan tidak satupun kita yang rela, bila negeri ini dipimpin oleh berlainan ideologi dengan kita. Pengkorup. Jauh dari nilai dan norma yang lurus.
Penulis hanya orang biasa yang sama-sama memiliki hak dengan saudaraku semua. Mari kita bangun negeri ini. dengan ikut serta di ajang yang semakin menghampiri. Karena pilihan amal apabila dilandasi demi menggapai ridho Ilahi, dan sesuai dengan tuntutan waktu dan realita; Merupakan ibadah yang paling mulia dan tepat, ungkap imam Ibnul Qayyim rahimahullah. Bukankah PEMILU nanti adalah momentum untuk beribadah memilih pemimpin yang jujur? Wallahul musta'ân.
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat". (Annisa 58).


0 komentar: