Rabu, 02 Juli 2008

Sekilas Tentang; Perspektif Islam dalam kehidupan Ber-Organisasi

Oleh: Abu 'Ubaidah Al-Hasan, Lc

Mengupas sebuah permasalahan kemudian dikaitkan dengan aturan-aturan Islam, merupakan kajian yang sangat sulit dan membutuhkan banyak penelitian. Karena agama kita merupakan ajaran yang paling sempurna. Bahkan tidak satupun persoalan yang pernah muncul, maupun belum, yang tidak ada jalan keluarnya secara normatif landasan hukum dan dasar berpijak.

Melalui tulisan sederhana ini, penulis mencoba dan berusaha membahaskan sesederhana mungkin sekilas tentang organisasi dalam kaca mata agama kita. Karena bagaimanapun, hidup di zaman yang penuh dengan tantangan dan realita secara rill kenyataan ini mengajak kita untuk menilik sekilas tentang tema yang tengah kita bicrakan ini. Yaitu; Organisasi. Sejauh mana urgensinya? Kemudian apa saja dhawabith yang mesti kita jadikan acuan dalam kancah tersebut.



Urgensi Organisasi
Pada bab ini kita tidak akan membahas tentang defenisi organisasi. Tapi hanya menuangkan sekilas tentang urgensi hidup berorganisasi dalam kacamata agama kita. Apabila kita lihat urgennya kehidupan yang terorganisir dengan rapi, kita bisa menilik dari beberapa sudut pandang di bawah ini.

 Tuntunan Islam
Islam sebagai agama yang universal, integral dan komprehensif, merupakan ajaran Ilahiyyah yang tidak meyisihkan satu permasalahan pun dalam hidup ini, kecuali termaktub dan terangkum dalam pokok ajarannya. Sebuah kesalahan yang besar apabila seseorang melihat Islam meupakan ajaran yang parsial dan tidak menyentuh lini terkecil sekalipun dalam tatanan hidup ini. Dan Islam sebagai ajaran Samawi tidak pernah membedakan antara ilmu kauni dengan ilmu syar’i. Keduanya merupakan dua sayap yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hal ini sangat relevan sekali dengan apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i rahimahullah “Bahwa ilmu hanya menginduk kepada dua pokok saja, apabila dilihat dari segi kebutuhan manusia. Yaitu ilmu fikih dan kedokteran”. Ungkapan ini menunjukkan betapa Islam tidak membedakan antara kebutuhan berskala duniawi, yang dengan itu akan mengantarkan kepada kemaslahatan kewajiban syar’i.

Adapun bahasa baku yang mewakili berjalan rapinya tatanan kehidupan suatu komunitas dengan segala kebutuhannya. Kemudian dipenuhinya segala hak dan kewajiban segala unsur yang terkandung di dalamnya. Inilah yang disebut dengan Terorganisir secara Organisasi. Atau kalau boleh dibahasakan dengan kata Shaffan di dalam surat Ashshaf ayat: 4. Yaitu; tersusun dengan rapi. Bukan komunitas yang bercerai-berai tanpa aturan dan tujuan yang jelas.
Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh .

Mengapa menjadi suatu kemestian bagi manusia untuk hidup di bawah peraturan yang mengetur semua lini kehidupa? Kemudian dijalankan oleh seorang pemimpin yang kapabel secara kapasitas? Dengan sendirinya keragaman hidup secara socity terasa aman, adil, makmur dan legowo dirasakan secara merata? Jawabannya adalah: Karena hampir bisa dipastikan, bahwa tak satu pun makhluk di dunia ini yang terlepas dari komunitas antar sesama mereka. Manusia sebagai makhluk yang paling mulia diciptakan Allah, merupakan komunitas yang satu sama lain saling membutuhkan. Bahkan, di dalam Al-Quran dan hadits sangat banyak sekali kita temukan seruan Allah Swt. dan rasulullah Saw. untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki agar dikelola secara rapi dan terencana.

Nilai ini yang sarat dengan tuntunan Sunnah Nabawiyyah. Di mana rasulullah Saw. bersabda “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang di antara kalian, yaitu mereka yang apabila melakukan suatu pekerjaan kemuadian ia tuntaskan . (H.R Atturmudzi).

 Bukti Sejarah
Sangat banyak sekali bukti sejarah generasi terdahulu yang mewarisi kepada kita betapa pentingnya hidup yang terorganisir dengan rapi. Kalau penulis boleh membahasakan: Tertata dengan rapi. Misalnya saja perjalanan hijrah rasululullah Saw. bersama Abu Bakar r.a. Kemudian diikuti oleh para sahabat. Di dalam buku-buku Sirah kita temukan betapa canggih dan rapinya strategi rasulullah Saw.. Dan yang lebih besar dari itu adalah; betapa perjalanan hijrah tersebut diperankan oleh banyak tenaga dan potensi. Kemudian semua potensi yang ada ini dibingkai dalam satu misi. Yaitu terselamatkannya risalah dakwah.

Peran demi peran pada momen yang paling bersejarah tersebut begitu jelas dan gamblang dibentangkan dalam buku sirah. Ibnu Furairah sebagai pengembala kambing mengemban misi sebagai penghapus jejak Abdullah bin Abu Bakar, yang ditugaskan untuk mendengarkan desas-desus perkembangan di Mekah pada siangnya. Di samping itu, Ibnu Furairah juga dalam satu waktu sebagai pengembala yang dengan gembalaannya bisa memberikan susu kepada rasulullah Saw. dan Abu Bakar r.a.. Peran Asma’ binti Abu Bakar sebagai wanita Islam kala itu, juga tak kalah besarnya dibanding yang lain. Beliaulah radhiyallahu ‘anha yang menagantarkan makanan. .

Penggalan kisah di atas mewariskan pelajaran yang sangat mahal bagi generasi belakangan. Dari peristiwa tersebut merupakan titik awal berjayanya peradaban Islam yang akan dibangun di Madinah. Dari proses hijrahnya rasulullah Saw. kita bisa menyimpulkan; Betapa pentingnya strategi dan banyak peranan yang sangat dibutuhkan dalam menggolkan sebuah misi besar.

Beranjak kepada pembahasan kita; Organisasi dalam perspektif Islam. Merupakan judul yang sangat spektakuler dan begitu familiar di zaman sekarang. Karena bagaimanpun, kehidupan berorganisasi tidak bisa dipisahkan dari realita kebutuhan lapangan yang ada. Sebut saja kebutuhan kelompok kecil komunitas masyarakat di sebuah perkampungan. Agar berjalan dengan rapi dan terkelola secara manajemen, harus dijalankan oleh struktur kepemimpinan yang memahami dengan penuh seksama. Baik sebagai tatanan, kebutuhan, konsep, maupun kematangan dalam menjalankan roda kepemimpinan tersebut. Contoh kecil dan sederhana ini, sangat familiar bagi kita yang hidup di zaman sekarang dengan bahasa; Organisasi. Karena walau bagaimanapun, kita hamba Allah yang bernama manusia pasti tidak terlepas dari bantuan dan kelebihan yang dimiliki sesama kita. Inilah makna secara filosofis dari kandungan firman Allah dalam surat Azzukhruf ayat: 32

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

Begitu juga seruan Allah Swt. di dalam surat Al-Maidah, ayat: 2

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Bahkan dalam banyak hadits kita temukan betapa rasulullah saw. begitu tegas menyuruh umat ini agar saling bahu membahu, tolong menolong dan hidup dalam kebersamaan. Seperti beberapa hadits dan Atsar di bawah ini:
Dari Umar bin Khattab r.a, berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda dalam suatu khutbah beliau, yang berbunyi ” Siapa diantarakalian yang ingin pertengahan surga, maka selalulah komitmen dalam kehidupan berjamaah (bersama). Karena sesungguhnya syetan bersama orang yang sendirian, dan dari dua orang ia akan jauh menghindar. (Hadits shahih. H.R Ahmad).

“Sesungguhnya yang akan diterkam oleh serigala adalah domba yang sendirian”.

Di samping itu, para sahabat dan generasi sesudah mereka sangat menekankan untuk hidup dalam komunitas yang dijalin dengan kebersamaan dan kekuatan sosial. Seperti ungkapan Ali bin Abi Thalib r.a “Kekeruhan dalam kebersamaan, jauh lebih baik dari pada kesendirian, meskipun benar dan tidak ada kesalahan. (Afat ‘Alath thariq; Dr. Sayyid Muhammad Nuh).
Ungkapan Ali r.a juga“ Kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi, akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir dengan rapi”.
 Realita dan Tantangan Zaman
Peradaban manapun di dunia ini, pasti diusung oleh orang-orang yang memiliki strategi dengan gaya dan ciri khas mereka masing-masing. Bahkan, musuh-musuh Islam sekali pun sangat memperhatikan sisi terorganisirnya dengan rapi misi dan langkah yang mereka perjuangkan. Sebut saja ideologi kapitalisme, sekularisme, marsisme, komunisme, dan zionisme. Semua kelompok ini adalah gerakan yang tertata rapi untuk menghancurkan Islam. Semua gerakan ini mengacu kepada dua kesimpulan dan kekuatan arus yangmenantang umat ini agar tetap rapi, solid dan bersatu. Dua kekuatan dan tantangan ini dibahasakan oleh Dr. Yusuf Al-Qaradhawy dalam buku beliau “Ummatuna bain al-Qarnain, hal: 180 dan 229” Menyebutkan setidaknya ada dua tantangan terbesar bagi umat ini. yaitu: Gerakan Zionisme dan tantangan globalisasi. Di mana segalanya serba saja bisa terjadi.


Melihat musuh-musuh Islam yang begitu rapi dan solid untuk menyerang kita. Tidakkah umat ini begitu butuh kepada persatuan dan kesiapan dari segala lini untuk membela agama ini? Yaitu tertata rapi dan solidnya barisan kita sebagai khairu Ummah. karena bukan hanya kebutuhan kita sebagai umat yang pernah memegang tampuk power dan adi daya di atas segala peradaban. Tapi lebih dari itu; hal ini merupakan seruan dan perintah Allah yang mengharuskan kita untuk lebih kuat dari musuh-musuh kita. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anfal, ayat: 60:
﴿وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ﴾ (الأنفال: 60)

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Begitu juga tuntunan rasul Saw. dalam sunnah beliau. Betapa Allah Swt. sangat mencintai hambanya yang tuntas dan terpercaya dalam mengerjakan tugas mereka (Itqan). .

Sebagai muslim yang hidup di zaman globalisasi. Ia mesti meyakini bahwa umat Islam harus unggul di atas musuh-musuhnya. Karena agama kita begitu perhatian kepada segala jenis ilmu pengetahuan yang melahirkan banyak manfaat. Namun kita sangat heran kepada sebagian orang yang membeda-bedakan urusan ilmu yang ada dan bermanfaat. Padahal acuan semacam itu sangat tercela dalam agama kita. Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah mengungkapkan ”
"إذا بزّ غير المسلمين المسلمين في علم أو فن.. فكل المسلمين آثمون".



 Terjemahan dari Nilai Kebersamaan dan Peduli
Poin ini hampir senada dengan bukti sejarah yang penulis paparpan di atas. Mulai dari sejarah kenabian, salafushshaleh, hingga zaman kita sekarang. Perkembangan demi perkembangan di dunia ini, membawa kita ke arus di mana manusia tidak bisa lagi lepas dari struktur dan pemimpin yang mengayomi kelestarian antar sesama. Apabila kita kaitkan tema di atas dengan kehidupan berorganisasi; Maka penulis meyakini seyakin-yakinnya “Bahwa organisasi merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan kemaslahatan bersama”. Terutama organisasi yang sesuai dengan tuntunan syari’at kita.

Betapa tidak? Contoh sederhananya saja sebuah organisasi kekeluargaan. Betapa kemaslahatan dan aspirasi bersama begitu terbantu dan tersalurkan melalui peran yang dijalankan oleh mereka yang berperan di skala struktural (pengurus). Sehingga makna dari sebuah kepedulian yang begitu dijunjung tinggi oleh Islam derasapi dan terwujud secara merata.

Apabila setiap individu yang mengemban amanah kepemimpinan di skala terkecil sekalipun, kemudian ia bingkai dengan orientasi mengemban amanah penuh terpercaya untuk berkhidmat bagi orang lain. Maka dari amalan ia bisa menuai pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt.. Inilah yang menjadi karakteristik khusus bagi pemuda Islam sebagaimana diungkapkan oleh Dr. M. Sa’id Hawa dengan “Asysyabab Wal’amal attathawwu’i” Dalam buku beliau< Shina’atusysyabab, 193, >.

Rasulullah Saw. sangat mencintai uamatnya yang berkhidmah untuk orang lain. Bahkan pertolongan Allah Swt. bersama mereka yang senantiasa menolong saudaranya. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a “

Barangsiapa yang meringankan satu derita seorang mukmin di dunia, maka Allah akan meringankan satu derita d hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa akan menolong seorang hamba, selama hamba tersebut menolong saudaranya...

من لم يهتم بأمور المسلمين فليس منهم
(ألحديث)
Di samping itu, kehidupan berorganisasi yang sesuai dengan tuntunan Islam merupakan salah satu bentuk dari penterjemahan dari nilai kebersamaan. Di mana seseorang tidak lagi memikirkan dirinya secara individualistik. Tapi ia kini sudah menjadi orang yang memiliki nilai lebih dari yang lain. Yaitu; Hidup untuk orang lain. Apabila ia memahami segala potensi yang dimilikinya untuk kemaslahatan manusia lain. Maka berarti dalam satu waktu ia telah menjadi pengusung misi kebenaran yang sesungguhnya. Sebagaimana yang diungkapkan Asysyahid Sayyid Quthb “Da’i sesungguhnya adalah mereka yang hidup untuk orang lain”.


Rambu-rambu Dalam Ber-Organisasi
Aktif di organisasi manapun dan kapan pun, menuntut kita untuk senantiasa berada di bawah rambu-rambu kebenaran. Artinya; Bahwa agama kita yang agung ini telah menggariskan segala tata-cara dalam bentuk aktivitas sekecil apapun. Karena Islam sangat dikenal dengan ajaran yang paling sempurna dan terjamin dalam menuntun pemeluknya ke arah yang benar.

Bicara tentang rambu-rambu (Dhawabith) di dunia organisasi yang sudah sangat mendunia di kalangan generasi sekarang, merupakan suatu kemestian menurut penulis. Karena bila kita kaitkan dengan perspektif Islam, maka tidak bisa dipisahkan dari tuntunan yang diberikan oleh Islam itu sendiri. Berikut beberapa poin terpenting penulis paparkan; Agar lebih terarahnya kerja kita dalam beramal melalui wadah atau sarana di mana kita geluti. Karena apa pun amal di dunia ini bila tidak didasari kepada acuan Islam, maka urusan tersebut jauh dari nilai Ilahiyah. Yaitu pahala dari Allah Swt..

Berikut penulis cantumkan, sekilas tentang panduan bagi kita yang berkhidmah untuk Islam melalui media organisasi:
1. Niatkan dari awal; Untuk memaksimalkan kebaikan agar tersebar ke semua lini, dan meminimalisir nilai-nilai kontradiktif dengan ajaran Islam. .

2. Ciri Organisasi yang benar, senantiasa mengikuti dengan benar, menyampaikan semua aspirasi dengan meyakinkan, logis, etis dan bijaksana. Tanpa merasa takut dalam mengungkapkan kalimatulhaq meskipun pahit. Karena mereka meyakini al-Haq pasti didukung oleh Al-Haq juga . Namun tetap membangun semua tekad dan aspirasi dengan tenang, emosional terkontrol, menghargai orang lain, dan mengungkapkan seujurnya.

3. Melangkah dengan niat untuk peningkatan mutu dan skill. Tanpa mengenyampingkan norma-norma Islam Seperti; Pola Interaksi yang Islami.

4. Menguasai dan mewakili semua latar belakang yang terlibat dalam kebijakan.

5. Membaca semua situasi kondisi, dan jajaran dibawah kita. Dan butuh (Bithanah Shalihah).

6. Terjalinnya keterikatan kuat yang dibalut dengan kepercayaan sesama anggota dan pemimpin.

7. Kejelasan tujuan dan anggota yang terlibat dalam suatu lembaga organisasi. Hanya untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran. Karena walau bagaimanapun, kelanggengan berjalannya suatu organisasi akan banyak terpengaruh oleh orang-orang yang berada di dalmnya. Ini yang disebut dengan Bithanah shalihah oleh Allah Swt. dalam surat Ali Imran: 118. Yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.
Ini juga yang mengindakatorkan runtuhnya Daulah Abbasiyyah pada masa Khalifah Al-musta’shim pada tahun 218H/833M. Hal ini disebabkan seorang Wazirnya Ibnu Al-‘Alqami al-khabits. Yang menggolakan misi pasukan Tatar masuk ke negeri Irak <’Awamil Annasr Walhazimah’Abra Tarikhina Al-Islami, Dr. Syauqi Abu Khalil; 98-104> “

Hal inilah yang sangat diwanti oleh rasulullah saw. dalam sebuah hadit beliau
.

من استخلف من خليفة إلا كانت له بطانتان, بطانة تأمره بالخير وتحضه عليه, وبطانة تأمره بشر وتحضه عليه, فالمعصوم من عصمه الله

"Barangsiapa yang


Epilog
Demikian tulisan sederhana ini kami paparkan. Semoga Allah Swt. mencatatnya sebagai Mizan Hasanat bagi kita di hari akhirat kelak, amin. Semoga bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan kita semua. Atas segala keterbatasan dan kesalahan, penulis mohon dimaafkan. Mari, bersama membangun kepedulian, memberi empati, berkorban menjunjung tinggi kemaslahatan umat. Demi tegaknya kebahagiaan hakiki, kesejahteraan, kegemilangan dan kejayaan Islam. Wallahu a’lam bishshawab.

Defenisi Organisasi; “Annizham; Al-Hadyu Wa Assirah, Qila; Walaisa Liamrihim nizham, ay; Laisa lahu hadyun wala muta’allaq walastaqamah”
.


Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
(Attaubah: 105).


0 komentar: