Senin, 07 Juli 2008

Obama, McCain Tak Perdulikan Hak Pilih Muslim

SINAI Oline: Empat bulan lagi, pentas demokrasi Amerika akan digelar. Angin persaingan kedua partai— Demokrat dan Republik—mulai terasa. Namun sayang kedua capres cenderung skeptis pada hak suara/pilih umat islam dan orang Arab yang berada di Amerika. Sikap ini kontan, menuai aksi protes dari umat Muslim disana.



"Obama dan McCain mereka tidak pernah berbicara tentang Muslim dan Arab Amerika," tukas Jana Musleh, 18, pada surat kabar Detroit, Kamis 5 Juli.

"Kami akan terus didiskriminasi lagi setiap hari. "Mereka tidak pernah membicarakan tentang kemaslahatan kami, umat Muslim dan Arab Amerika" tambah Musleh, yang berusaha memperjuangkan suara umat Muslim disana.

Sebagian besar umat Muslim memprotes kepada kedua Capres, mereka menkalaim bahwa kedua capres malu untuk megadakan pertemuan dengan imam-imam umat Muslim. Mereka sangat kontras sekali dengan capres pada tahun 2000 dan 2004.

Tidak seorangpun dari kedua capres yang mengunjungi mesjid, namun mereka lebih aktif mungunjungi gereja dan sinagong. Umat Muslim seakan di anak tirikan.

"Saya merasa, saya kelihangan perjuangan," ungkap Eftikar Saleh, salah seorang guru di Star Internasion Academy di Dearborn Heights. "Mereka sangat takut sekali berbicara tentang Islam karena meraka tidak tahu harus bicara apa dengan Islam.
"Dan mereka juga tidak tahu bagaimana anggapan publik, seandainya mereka berbicara tentang Islam, karena mayoritas penduduk Amerika menganggap bahwa Islam adalah agama yang berbahaya, jadinya mereka tidak mau mendekati Islam," tambah, Eftikar Saleh.

Adapun penduduk Muslim di Amerika berkisar antara 6 sampai 7 Juta, dan menyebar hampir diseluruh daerah di Amerika.

Keluar Batas

Aksi protes umat Islam, juga tidak terlepas dari kegeraman mereka dari kemudi gedung putih kepada kedua capres, yang telah melarang capres untuk tidak mebangun link kepada kaum minoritas khususnya Islam.

"Salah satu aspek yang menyumbang untuk menjadikan permasalahan luar biasa adalah perdebatan negatif yang malang yang menguasai perlombaan pencalonan Parti Demokrasi," tutur Imad Hamad, direktur lembaga American Arab Anti-Discrimination.

Sayangnya, yang menentang Senator Obama mencoba memakai atas nama bangsa Obama, yaitu kulit hitam, dan mencoba berpropaganda bahwa dia mempunyai nama Arab dan kepercayaan Muslim. Sampai hari ini, mereka pakai ini sebagai topeng.

Obama, yang menggambarkan sendiri dengan bangga bahwa dia adalah seorang pengikut Trinity United Church of Christ, sudah blak-blakan dalam menyangkal dirinya sebagai seorang Muslim.

Bapak Obama adalah mantan Senator di Illinois anak lelaki Muslim-membalik-keateisan Kenya, ibunya orang kulit putih Amerika yang tidak menjalankan agama.

Obama lahir di Hawaii, dia besar di Indonesia pada umur 6 sampai 10 tahun dengan ibunya dan dengan bapak tiri Muslim.

"Keislaman Obama, selalu menjadi bisikan-bisikan panjang ketika ia berkampanye." kata Michael Fauntroy, seorang pengarang dan profesor kebijakan umum di George Mason University

Namun bisikan-bisikan akan keilaman selalu di mentahkannya ketika berkampanye, dan dia memandang tidak terlalu mepermasalahkan hal ini.

"Sementara McCain, beliau sangat dekat sekali dengan Presiden Amerika sekarang—George W.Bush—semata-mata hanya ingin mendapatkan restu dan dukungan penuh darinya." tukas Fauntroy.

McCain Membenci umat Muslim Amerika dengan dalih menolak teroris dan kejahatan, yang selama ini disematkan kepada "Islam".

Kedua Capres akan sama-sama bersaing untuk meraih suara pada pemilu bulan Nopember mendatang atas nama semua golongan di Amerika, namun kenapa golongan umat Islam diabaikan oleh mereka?

Ahad, 06 Juli 08 - oleh : Muhammad Jalil

0 komentar: